Dalam dunia SEO, dua istilah yang sering muncul saat membahas perilaku pengguna di website adalah pogo-sticking dan bounce rate. Keduanya sering dianggap sama, padahal memiliki makna yang berbeda. Pogo-sticking terjadi ketika pengguna mengklik website dari Google, tetapi segera kembali ke halaman hasil pencarian (SERP) untuk mencari alternatif lain. Sementara itu, bounce rate mengukur persentase pengunjung yang hanya melihat satu halaman tanpa berinteraksi lebih lanjut. Lalu, bagaimana cara mengurangi kedua masalah ini agar performa website tetap optimal?
1. Pogo-Sticking: Apa Itu dan Mengapa Buruk untuk SEO?
Pogo-sticking adalah indikator bahwa pengunjung tidak menemukan apa yang mereka cari di website Anda. Hal ini bisa terjadi karena:
-Konten tidak relevan dengan kata kunci yang mereka cari.
-Tampilan website kurang menarik atau sulit dinavigasi.
-Loading page terlalu lambat, membuat pengguna tidak sabar.
-Terlalu banyak iklan atau pop-up yang mengganggu.
Google menganggap pogo-sticking sebagai sinyal negatif karena menunjukkan bahwa website Anda tidak memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna. Jika banyak orang kembali ke SERP setelah mengunjungi website Anda, ranking di Google bisa terpengaruh.
2. Bounce Rate: Tidak Selalu Buruk
Berbeda dengan pogo-sticking, bounce rate tidak selalu berdampak buruk. Bounce rate tinggi bisa berarti pengunjung sudah mendapatkan informasi yang mereka cari tanpa perlu menjelajahi halaman lain. Misalnya, jika seseorang mencari “jadwal puasa 2025”, mereka hanya perlu melihat tabel informasi dan langsung pergi.
Namun, jika bounce rate tinggi terjadi di halaman yang seharusnya mengarah ke interaksi lebih lanjut (seperti halaman produk atau landing page), maka ini bisa menjadi masalah. Penyebab umum bounce rate tinggi meliputi:
-Desain yang kurang menarik atau sulit diakses.
-Tidak ada ajakan bertindak (CTA) yang jelas.
-Navigasi yang membingungkan.
-Kecepatan loading yang lambat.
3. Cara Mengurangi Pogo-Sticking dan Bounce Rate
Untuk memastikan pengunjung tetap berada di website Anda lebih lama, lakukan langkah-langkah berikut:
-Optimalkan Konten untuk Relevansi – Pastikan artikel, produk, atau informasi yang disajikan sesuai dengan intent pengguna.
-Gunakan Heading dan Format yang Jelas – Struktur yang rapi dengan subjudul, bullet points, dan paragraf pendek akan membuat konten lebih mudah dibaca.
-Tingkatkan Kecepatan Website – Gunakan lazy loading, optimasi gambar, dan caching untuk mempercepat loading page.
-Hindari Iklan Berlebihan – Pop-up yang mengganggu bisa membuat pengunjung langsung menutup halaman.
-Tambahkan Internal Link yang Menarik – Arahkan pengguna ke konten lain yang relevan agar mereka lebih lama menjelajahi website.
4. Perlukah Anda Khawatir dengan Bounce Rate?
Tidak semua halaman harus memiliki bounce rate rendah. Jika website Anda berupa blog, portal berita, atau halaman informasi cepat, bounce rate tinggi bisa jadi wajar. Namun, jika Anda mengelola toko online atau landing page bisnis, pastikan pengunjung tetap berinteraksi dengan halaman lain agar peluang konversi lebih tinggi.
Gunakan Google Analytics untuk menganalisis halaman mana yang memiliki bounce rate tertinggi, lalu lakukan optimasi konten dan desain untuk meningkatkan engagement.
5. Kesimpulan
Pogo-sticking dan bounce rate adalah dua hal yang berbeda dalam SEO. Pogo-sticking menunjukkan bahwa pengguna tidak puas dan langsung kembali ke SERP, sementara bounce rate hanya menunjukkan bahwa mereka tidak melanjutkan ke halaman lain. Untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan mempertahankan ranking website, pastikan konten relevan, optimalkan kecepatan, serta buat desain dan navigasi yang nyaman bagi pengunjung. Dengan begitu, website Anda tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna.